Tiba-tiba Mas Seno berdiri, dia membuka celana dalamnya dan memeluk pinggulnya ke pinggulku. Tangannya memegang penis yang diangkat lurus. Saya tidak sadar saat itu, saya tetap menikmati orgasme saya. Saat membuka pahaku, mataku terbuka, aku harus bergiliran memberi kepuasan pada Mas Seno. Aku bangkit, aku memegang penisnya ... secepat batu. Mas Seno membisikkan kata-kata saya untuk mengenyot kontolnya. Aku ragu aku belum pernah seperti itu. Tapi bukankah TSeno Mas Seno menjilati turuk dan itilku? Apakah saya tidak menerima kesenangan nafsu dari menjilatnya? Dengan rasa ragu aku menutup mulut dan memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Mas Seno mendorong penisnya lebih dalam ke dalam mulutku, aku bahkan terbatuk-batuk sehingga muntah.
Akhirnya Mas Seno membatalkan permintaannya. Kembali Mas Seno meletakkanku di tepi tempat tidur. Dia tidak lagi meminta saya mengenyot kontolnya. Dia membuka selangkangan dan penisnya yang digenggamnya dengan tangan kanannya mulai menggosok bagian itilku. Mungkin itu berarti kepala kontolnya basah dengan cairan birahiku. Awalnya geli. Lalu geli itu berubah menjadi menyenangkan. Aku mulai terangsang lagi. Kepala kontolnya bergeser lebih dalam. Aku mulai mendesah lega. Setelah beberapa saat dengan permainan, tangan Mas Seno meraih kedua kakiku ke bahunya. Saya belum pernah menikmati permainan seks seperti ini. Mas Seno mulai bergerak maju kontolnya mudur. Setengah dari kontolnya telah memasuki liang peranakan saya.